tugas transportasi vertikal


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  latar Belakang

Timbulnya bangunan-bangunan tinggi disebabkan oleh kebutuhan ruang yang selalu meningkat terutama di pusat- pusat kota, baik sebagai ruang kerja/kantor ataupun tempat –tmpat tinggal/flat-flat.
Kemajuan teknologi pembangunan terutama setelah ditemukannya bahan beton betulang, baja, aluminium, dan kaca menambah pesatnya pembangunan gedung-gedung tinggi.
Menurut perhitungan para ahli perluasan kota-kota besar di dunia ini akan menghabiskan  tanah pertanian dalm waktu 30 tahun mendatang, sedangkan tanah pertanian sangat diperlukan untuk memproduksi makanan untuk penduduk dunia yang terus bertambah, maka jelaslah sudah bahwa pembangunan kearah vertikal bukanlah satu bentuk kemewahan dari satu peradaban manusia melainkan satu tindakan peri kemanusiaan dengan mempertimbangkan satu konsep pembangunan yang berkelanjutan.
Dalam membuat perancangan bangunan, arsitek harus mempunyai kemampuan untuk menentukan dimensi struktur yang meraka pilih untuk melayani suatu fungsi bangunan.

1.2  Rumusan Masalah Studi mandiri
Adapun Rumusan Masalah pada Studi Mandiri ini yaitu :
·         Bagaimana sistem kerja alat transportasi vertikal pada bangunan sebagai bentuk pelayanan fungsi pada bangunan ?
·         Bagaimana syarat serta standarisi alat –alat transportasi vertikal pada bangunan ?

1.3 Tujuan dan Sasaran Studi Mandiri
1.3.1 Tujuan Studi Mandiri
            Tujuan dari studi Mandiri yang saya bahas disini yaitu :
  • Dapat memahami sistem kerja alat transportasi vertikal pada bangunan.
  • Dapat menerapkan syarat serta standarisi alat –alat transportasi vertikal pada bangunan.

1.3.2 Sasaran Studi mandiri
            Sasaran dari studi Mandiri ini yaitu agar dapat dijadikan sebagai bahan referensi serta menambah pengetahuan termasuk standarisasi, Syarat serta ketentuan yang terkait dengan alat-alat transportasi vertikal bangunan sebagai objek Studi Mandiri.

1.4 Manfaat Studi Mandiri
            Manfaat Studi Mandiri ini yaitu agar dapat dijadikan satu bahan acuan atau referensi bagi mahasiswa arsitektur dalam mempelajari serta memahami alat-alat transportasi vertikal pada bangunan.

BAB II
ALAT-ALAT TRANSPORTASI VERTIKAL PADA BANGUNAN

Salah satu masalah yang menjadi pemikiran pada perencanaan bangunan bertingkat banyak adalah masalah transportasi vertikal, baik yang bersifat manual (tangga, ramp) maupun yang bersifat mekanis (elevator, ekalator, conveyor dll). Permasalahan yang muncul adalah pemakaian alat transportasi vertikal akan memakan volume gedung yang akan menentukan efisiensi gedung tersebut.
2.1  Alat transportasi vertikal yang sifatnya manual.
Tangga
Tangga merupakan jalur yang mempunyai undak - undak (trap) yang menghubungakan satu lantai dengan lantai diatasnya dan mempunyai fungsi sebagai jalan untuk naik dan turun antara lantai tingkat. Penempatan atau letak ruang tangga tersendiri mudah dilihat dan dicari orang, tidak berdekatan dengan ruang lain agar tidak menggangu aktifitas penghuni lain. Tangga juga mempunyai fungsi sebagai jalan darurat, direncanakan dekat dengan pintu keluar, sebagai antisipasi terhadap bencana kebakaran, gempa keruntuhan dan lain - lain.



2.1.2 Bagian - bagian dari struktur tangga
1. Pondasi tangga
Sebagai dasar tumpuan (landasan) agar tangga tidak mengalami penurunan, pergeseran. Pondasi tangga bisa dari pasangan batu kali, beton bertulang atau kombinasi dari kedua bahan dan pada dibawah pangkal tangga harus diberi balok anak sebagai pengaku pelat lantai, agar lantai tidak menahan beban terpusat yang besar.
1.      Ibu tangga
Merupakan bagian dari tangga sebagai konstruksi pokok yang berfungsi untuk mendukung anak tangga. Material yang digunakan untuk membuat ibu tangga misalnya antara lain, beton bertulang, kayu, baja, pelat baja, baja profil canal, juga besi.
Kombinasi antara ibu tangga dan anak tangga biasanya untuk bu tangga misalnya, beton bertulang di padukan dengan anak tangga dari bahan papan kayu, bisa juga keduanya dari bahan baja, untuk ibu tangga menggunakan profil kanal untuk menopang anak tangga yang menggunakan pelat baja.


2.      Anak tangga
Anak tangga berfungsi sebagai bertumpunya telapak kaki, dibuat dengan jarak yang sama dan selisih tinggi (trap) dibuat, supaya kaki yang melangkah menjadi nyaman, enak untuk melangkah, bentuk anak tangga dapat divariasikan sesuai selera pemilik atau arsiteknya.
Anak tangga terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian horizontal (pijakan datar) dan vertical (pijakan untuk langkah naik). Ukuran lebar anak tangga untuk hunian berkisar antara 20-33 cm. dan untuk bagian vertical langkah atasnya berkisar antara 15-18 cm. untuk ukuran tangga darurat biasanya bagian vertical mencapai 20 cm. Ukuran lebar tangga juga penting diperhatikan, untuk panjang atau lebar tangga pada hunian tempat tinggal adalah minimal 90 cm. sedangkan untuk tangga servis biasanya lebih kecil, yaitu 75 cm.
4. Pagar tangga
Pagar tangga atau reilling tangga adalah bagian dari struktur tangga sebagai pelindung yang diletakkan disamping sisi tangga dan di pasang pada/ diatas ibu tangga untuk melindungi agar orang tidak terpelosok jatuh. Pagar tangga dapat dibuat dengan macam - macam variasi agar lebih artistik dan pada lantai tingkat disekitar lubang tangga harus dipasang juga pagar pengaman agar penghuni tidak terjerumus jatuh.

  1. Pengangan tangga
Merupakan batang yang di pasang sepanjang anak tangga untuk bertumpunya tangan agar orang turun naik tangga merasa lebih aman, pegangan tangga bertumpu pada tiang - tiang tangga yang tertanam kuat pada ibu tangga.


  1. Bordes
Adalah pelat datar diantara anak - anak tangga sebagai tempat beristirahat sejenak, bordes di pasang pada bagian sudut tempat peralihan arah tangga yang berbelok.
-               Untuk rumah tinggal, lebar bordes antara 80 - 100 cm dan untuk bangunan umum, lebar bordesnya dibuat antara 120 - 200 cm.
-               Dapat dibuat dengan 3 model, yaitu Bordes tangga lurus, bordes tangga L dan bordes tangga U.






















2.1.3  Macam - macam bentuk tangga
Bentuk tangga dapat disesuaikan dengan beda tinggi lantai dan ruangan yang tersedia. Untuk menambah suasana yang harmonis dalam ruangan, bentuk tangga juga sebaiknya dibuat indah dan serasi dengan interior ruangan.
Dengan makin majunya tingkat kebudayaan manusia, perkembangan teknologi yang memproduksi bahan dan alat bangunan, ide para seniman, maka bentuk tangga makin lama makin berkembang bervariasi, bahkan dewasa ini bentuk sudah merupakan seni tersendiri.
1. Tangga lurus,               2. Tangga miring,  3.Tangga lengkung,           4. Tangga siku,            5. Tangga lingkar




















                                                              contoh desain Tangga pada bangunan tingg


2.1.4 Perhitungan dan standarisasi bentuk tangga serta ukurannya
Membuat tangga disamping keindahan perlu diperhatikan segi - segi teknisnya, harus diperhatikan juga kemudahan, rasa aman, bagi orang yang melaluinya.
Lebar anak tangga;                                                                                                         a) Untuk rumah tinggal, lebar anak tangga 80 cm.                                                        b) Untuk bangunan umum, lebar anak tangga 120 cm s/d 200 cm.                                 c) Untuk tangga darurat, lebar anak tangga bisa 70 cm.
Tetapi dapat juga diperhatikan jika yang melewati berpapasan di satu anak tangga:   a. Untuk satu orang, lebarnya 60 - 80 cm                                                                           b. Untuk dua orang, lebarnya 120 cm                                                                                     c. Untuk tiga orang, lebarnya 180 cm
 Lebar dan tinggi anak tangga (trap);
Semua anak tangga harus dibuat bentuk dan ukuran yang seragam, dan untuk memberi kenyamanan bagi yang turun dan naik tangga perlu diperhatikan lebar dan tinggi anak tangga.
Rumus untuk anak tangga (undak - undak)                                                                            2t + l = 60 - 65 cm                                                                                                      t = tinggi anak tangga (tinggi tanjakan = optrede                                                       l = lebar anak tangga (lebar injakan = aantrede)
Rumus diatas didasarkan pada;                                                                                              - Satu langkah arah datar antara 60 - 65 cm.                                                                   - Untuk melangkah naik perlu tenaga 2 kali lebih besar dari pada                                                             melangkah datar.

Lebar dan tinggi anak tangga sangat menentukan kenyamanan, yang naik tidak cepat lelah dan yang turun tidak mudah tergelincir.
Umumnya ukuran:




t = tinggi tanjakan; 16 - 20 cm atau 14 - 20 cm. Masih mudah didaki.                           l = lebar tanjakan; 26 - 30 cm atau 22,5 - 30 cm. Seluruh telapak kaki (sepatu) dapat berpijak penuh.
Contoh hitungan:                                                                                                      Selisih tinggi lantai = 320 cm.                                                                           Dicoba; t = 16 cm                                                                                                       l = 26 cm                                                                                                                     2t + l = 16 + 26 = 58 < 60                                                                                    Jadi; tangga terlalu landai, melelahkan.
Dicoba; t = 20 cm                                                                                                       l = 28 cm                                                                                                                     2t + l = 2. 20 + 28 = 68 < 65                                                                                       tangga terlalu curam, cepat lelah.
Dicoba; t = 18 cm                                                                                                       l = 28 cm                                                                                                                     2t + l = 2. 18 + 28 = 64 cm                                                                             boleh dipakai.
                                                           £ anak tangga = 320 / 18 - 1 = 17,778 - 1 = 16,778 buah
Jumlah anak tangga yang tidak merupakan bilangan bulat, diatasi dengan cara;                   - Jumlah anak tangga yang dibulatkan keatas menjadi 17 buah. Selisih beda tinggi anak tangga dibagi merata:                               320 / t -1 = 17 t = 17, 778 cm.
- Mengingat selisih tinggi kurang dari 1 cm, tidak akan terasa, maka beda tinggi anak tangga diletakkan pada satu anak tangga yang paling dibawah atau paling atas.
- Ukuran ruang tangga:
Ruang tangga harus dibuat leluasa, terang dan segar, harus diberi lubang ventilasi untuk dapat udara segar dan penerangan alam, agar menghemat pemakaian listrik pada siang hari.                                                                                                         Ukuran ruang tangga ditentukan oleh jumlah anak tangga dan bentuk tangganya. Tangga untuk bangunan rumah tinggal, dengan lebar 100 cm, jumlah anak tangga 17 buah dengan bordes.
a).Tangga lurus:Luas ruang tangga = 100 x 548 = 1 x 5,48 = 5,48 m2
b). Tangga siku:







Luas ruang tangga = (1 x 2,24) + (1 x 1) + (1 x 2,24) = 5,48 m2
c). Tangga balik:                                                                                                          Luas ruang tangga = 2 x 3,24 = 6,48 m2
 Kemiringan tangga dibuat tidak curam, agar orang mudah untuk naik dan turun tangga, jadi tidak banyak energi yang keluar, tetapi jika kemiringan dibuat terlalu landai dan dapat menjemukan bagi orang yang melaluinya, disamping itu banyak memakan tempat (space) yang ada, jadi kurang efisien.
Kemiringan tangga yang wajar berkisar antara 250 s/d 420 dan untuk bangunan rumah tinggal biasa digunakan kemiringan 380.
· Konstruksi tangga dan bahan tangga
Konstruksi tangga harus kuat dan stabil, karena sebagai jalan penghubung ke lantai tingkat. Menurut peraturan pembebanan Indonesia untuk gedung, 1983, bahwa beban ditangga lebih besar dari beban pada pelat lantai.

·         Untuk bangunan rumah tinggal = 250 kg/ m2
·         Dan bangunan umum diambil = 300 kg/ m2
Konstruksi tangga dapat menjadi satu dengan rangka bangunannya, jika terjadi ada penurunan bisa menyebabkan sudut kemiringan tangga berubah, Jika konstruksi tangga tersendiri artinya terpisah dengan struktural rangka bangunan, dibuatkan pondasi tersendiri rangka tangga tidak menempel pada dinding diberi sela ± 5 cm.



- Bidang momen yang terjadi pada ibu tangga;
- Bahan tangga;                                                                                                           Dapat dari bahan; kayu, beton bertulang,baja, batu alam.
a). Tangga kayu;                                                                                                           Mudah dikerjakan, harga cukup murah, bentuk bahan alami menambah kesejukan suasana ruang.
b). Tangga beton bertulang;                                                                           Konstruksinya kuat dan awet, tidak cepat rusak, dapat berumur panjang, bahan tahan api. Dapat dipasang di bangunan umum atau bangunan tingkat rendah atau sampai dengan 4 (empat) lantai.
c). Tangga baja;                                                                                                        Kurang serasi ditempatkan pada ruang dalam karena bentuknya kasar, biasanya dipasang sebagai tangga pribadi atau tangga darurat dengan bentuk lingkar.

d). Tangga dari batu alam;                                                                                  Merupakan pasangan bata pada halaman rumah, tidak terlindung, tidak memerlukan perhitungan konstruksi.
Disamping beberapa jenis tangga ada juga tangga gerak (eskalator), tangga ini bergerak naik atau turun, tanpa perlu melangkahkan kaki, karena digerakkan dengan mesin, biasanya dipasang pada bangunan komersil dan biaya operasionalnya mahal.























2.2  Alat transportasi vertikal yang sifatnya Elektris
2.2.1        Elevator ( Lift )
2.2.1.1  Lift Penumpang
Riwayat Elevator/Lift
Lift awalnya adalah derek yang terbuat dari tali. Pada tahun 1853, Elisha Graves Otis, salah seorang pionir dalam bidang lift, memperkenalkan lift yang menghindarkan jatuhnya ruang lift jika kabelnya putus. Rancangannya mirip dengan suatu jenis mekanisme keamanan yang masih                                                     digunakan hingga kini.

  • 23 Maret 1857 - Lift Otis pertama dipasang di New York City.
  • 1880 - Lift listrik pertama, dibuat oleh Werner von Siemens.
  • 2004 - Pemasangan lift penumpang tercepat di dunia, di gedung Taipei 101 di Taipei, Taiwan. Kecepatannya adalah 1.010 meter per menit atau 60,6 km per jam.
  • Elevator penumpang pertama dipasang oleh Otis di New York pada tahun 1857.
Setelah meninggalnya Otis pada tahun 1861, anaknya, Charles dan Norton mengembangkan warisan yang ditinggalkan oleh Otis dengan membentuk Otis Brothers & Co., pada tahun 1867.
Pada tahun 1873 lebih dari 2000 elevator Otis telah dipergunakan di gedung-gedung perkantoran, hotel, dan department store di seluruh Amerika, dan lima tahun kemudian dipasanglah elevator penumpang hidrolik Otis yang pertama.Berikutnya adalah era Pencakar Langit.
Pada tahun 1889 Otis mengeluarkan mesin elevator listrik direct-connected geared pertama yang sangat sukses.
Pada tahun 1903, Otis memperkenalkan desain yang akan menjadi “tulang punggung” industri elevator,yaitu : elevator listrik gearless traction yang dirancang dan terbukti mengalahkan usia bangunan itu sendiri. Hal ini membawa pada berkembangnya jaman struktur-struktur tinggi, termasuk yang paling menonjol adalah Empire State building dan World Trade Center di New York, John Hancock Center di Chicago dan CN Tower di Toronto.
Selama bertahun-tahun ini, beberapa dari inovasi yang dibuat oleh Otis dalam bidang pengendalian otomatis adalah Sistem Pengendalian Sinyal, Peak Period Control, Sistem Autotronik Otis dan Multiple Zoning. Otis adalah yang terdepan di dunia dalam pengembangan teknologi komputer dan perusahaan tersebut telah membuat revolusi dalam pengendalian elevator sehingga tercipta peningkatan yang dramatis dalam hal waktu reaksi elevator dan mutu berkendara dalam elevator

Definisi Elevator/ Lift
Elevator ( lift ) adalah alat transpotasi pada bangunan yang bergerak secara vertikal yang membawa penumpang, peralatan, dan muatan dari satu tungkat ketingkat yang lain. ( Sunber : http://en.wikipedia.org/wiki/Elevator )
Lift memiliki  dua macam type yaitu : Lift elektrik dan Lift hidrolik.
1. Lift Elektik
            lift elektrik terdiri dari sebuah tabung yang di pasang pada rel pemandu, didukung oleh kabel pengerek, dan dikemudikan oleh mesin penggeraak elektis pada mesin lift.

2. Lift Hidrolik
            Lift hidrolik terdiri dari sebuah tabung yang didukung oleh piston yang bergerak searah atau berlawanan dengan cairan yang diberi tekanan. Tidak diperlukan rumah lift, tapi lift hidrolik memmiliki kecepatan rendah dan panjang piston membatasi penggunaannya hanya pada bangunan enam lantai.
           
Pemilihan kapasitas-kapasitas lift akan menetukan jumlah lift yang mempengaruhi pula kualitas pelayanan gedung, terutama proyek-proyek komersil.
Lift juga memiliki bermacam-macam jenis sesuai dengan fungsinya, yaitu:
·         LIft Penumpang
·         Lift Barang
·         Lift Servis
·         Lift Rumah Sakit
·         Observation Lift

Bagian-bagian Lift
Bagian-bagian mekanik yang ada pada lift dan elevator adalah:
Batang peluncur
Batang peluncur terbuat dari kerangka baja profil yang tegak berdiri setinggi susunan gedung.

Sangkar Lift
Sangkar Lift berfungsi sebagai tempat penumpang sejumlah 6-10 orang yang bergerak naik-turun melalui kerangka atau batangbatang peluncur tersebut. Dalam cabine lift dilengkapi dengan tomboltombol tekan untuk memberhentikan lift pada lantai tertentu. Selain itu juga dilengkapi dengan pintu gingsir yang digunakan untuk masuk dan keluarnya penumpang dan pada pintu juga dilengkapi dengan alat pengaman.

Kerangka sangkar
Kerangka sangkar terbuat dari baja profil (L) siku dengan DIN 1028 sheet 1 dengan kode (L 1,5 x 2 x 2,5 ), bahan ini diambil karena sangat cocok untuk dipakai pada konstruksi kerangka dan plat dasar. Jenis plat yang digunakan ada 2 (dua) macam dengan tegangan tarik yang sama sB = 270 – 490 N/mm2 (Elemen Mesin, G. Niemann, Anton Budiman, Bambang Priambodo, jilid 1, hal 95) yaitu dengan ketebalan.
1.      Plat dengan tebal 3 mm (DIN 1623)
2.      2. Plat dengan tebal 5 mm (DIN 1621) 

Alat Penuntun Sangkar Elevator
Sangkar di dalam lorong pada rel penuntun yang terpasang tetap dan kedua sisi kenderaan pada bagian atas dan bawah di beri dua penuntun yang sesuai dengan rel.

Pengimbang elevator
Digunakan untuk menghilangkan beban pada mesin pengangkat, bobot sangkar diimbangi dengan beban timbangan yang dihubungkan dengan tali pada sangkar dengan drum mesin pengangkat, pengimbang terbuat dari bahan besi cor kelabu, berat bandul sama dengan berat sangkar di tambah dengan setengah dari berat maksimum.

Peralatan Penggantung
Digunakan untuk menggantung sangkar dan pengimbang digunakan tali kawat pintalan sejajar atau silang untuk mengefektifkan penggunaan tali yang berdiameter lebih kecil, sangkar pengimbang digantung dengan dua, empat atau enam utas tali. Distribusi beban yang seragam pada semua tali dengan menggunakan batang silang penggantung jenis tuas seperti gambar di bawah ini.

Rem
Semua elevator harus dilengkapi alat pengaman khusus yaitu alat yang dapat menghentikan sangkar secara otomatis, bila tali putus atau kendur.

Prinsip Kerja Sepatu Rem
Rem sepatu ganda sering digunakan pada mekanisme pengangkatan pemindah. Rem digerakkan oleh pemberat G dan dilepaskan dengan elektromagnet. Akibat pengereman yang permanen hanya bekerja bila elektromagnet dinyalakan, biasanya rangkaian listrik dibuat saling mengunci antara motor dan magnet yang secara otomatis menghasilkan aksi pengereman walaupun berhenti secara mendadak.


Mesin pengangkat
Untuk mengangkat sangkar, jenis drum atau roda puli penggerak. Pada desain dengan drum tali untuk mengulur dan menarik tali yang menahan sangkar di sambung ke bandul pengimbang dengan menggunakan elektromotor.

Sistem Transmisi
Sistem transmisi roda gigi pada perencanaan ini memiliki fungsi untuk mereduksi putaran dari motor penggerak ke drum, dan pada umumnya putaran motor yang tersedia tinggi sedangkan putaran yang diinginkan pada drum lebih lamban sesuai dengan kecepatan angkat yang direncanakan pada perencanaan transmisi roda gigi ini.
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
• Putaran poros drum
• Ukuran utama roda gigi
• Poros roda gigi
• Bantalan yang digunakan

Tali
Tali merupakan suatu kumpulan beberapa wayar yang dibentuk atau dipilin sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Tali merupakan alat yang cukup besar pengaruhnya dalam kegiatan sistim pesawat angkat. Tali terdiri atas 2 jenis yang kita, kenal pada saat ini yaitu :
a)  Tali non metal
 b) Tali baja
a) Tali non metal
Tali non metal adalah tali yang konstruksinya terdiri dari bahan bukan logam. Dan biasanya tali ini digunakan untuk mesin pengangkat yang digerakkan oleh tangan karena sifat mekanisnya yang lemah (cepat aus, kekuatannya rendah, mudah rusak oleh benda tajam). Tali ini biasanya digunakan untuk mengikat muatan ke pegangan pengangkat kait dan lainnya.


b) Tali baja
Tali baja digunakan secara luas pada mesin-mesin pengangkat. Dibandingkan dengan rantai, tali baja mempunyai keunggulan sebagai berikut:
-          lebih ringan
-          lebih tahan terhadap sentakan
-     operasi tenang walaupun pada kecepatan operasi tinggi
Tali baja adalah tali yang dikonstruksikan dari kumpulan jalinan serat-serat baja (steel wire), yang terbuat dari kawat baja dengan ultimate strength sb = 130 ÷ 200 kg/mm2. Mula-mula beberapa serat baja dipintal hingga menjadi satu jalinan (strand), kemudian beberapa strand dijalin pula pada suatu inti (core), sehingga membentuk tali dengan tipe-tipe sebagai berikut:
• Tipe 6 x 19 + 1 fibre core, artinya sebuah tali baja dengan konstruksi yang terdiri dari 6 strand dan tiap strand terdiri dari 19 steel wire dengan 1 inti serat.
• Tipe 6 x 37 + 1 fibre core; 6 x 36 + 1; 6 x 41 + 1 dan lain-lain.
Kelebihan steel wire rope dibandingkan dengan rantai adalah:
• Lebih ringan
• Lebih tahan terhadap sentakan, bila beban terbagi rata pada semua strand.
• Kurang mengalami fatique dan internal wear, sebab wire tidak mempunyai tendensi untuk menjadi lurus yang selalu menyebabkan internal stress.
• Kurang mempunyai tendensi untuk berbelit, peletakan yang tenang pada drum dan cakra, penyambungan yang lebih cepat, mudah dijepit (clip) atau ditekuk (socket).
• Lebih fleksibel

Perhitungan Daya Tahan (Kekuatan Batas Lelah) Tali
            Bermula dari kenyataan bahwa kerusakan tali disebabkan oleh kelelahan bahan dan setiap tali hanya dapat mengalami lengkungan dalam jumlah tertentu, para peneliti telah melakukan percobaan untuk mencari hubungan antara umur tali dengan berbagai faktor yang menyebabkan keausan dan menentukan jumlah lengkungan yang telah melampaui batas yang akan terjadi kerusakan tali dalam setiap kasus.
Metode perhitungan daya tahan tali kawat harus dilakukan secara ilmiah dan sesempurna mungkin. Prinsipnya harus benar dan berguna dalam prakteknya. Dalam mendesain peralatan pengangkat, pendesain harus selalu memperhatikan ketergantungan umur pakai tali pada ukuran puli atau drum, beban, konstruksi tali dan faktor lainnya.

Metode perhitungan daya tahan tali kawat
Metode perhitungan daya tahan tali kawat yang dijelaskan berikut dihasilkan oleh penelitian bertahun-tahun yang dilakukan di Hammer dan Sicle Works. Berbagai konstruksi tali yang berdiameter dari 3mm sampai 28mm diuji dengan tiga buah mesin khusus untuk dilakukan untuk menentukan metalurgi, produksi, desain dan operasi yang mempengaruhi kekuatan tali.

Pulli
Puli terdiri dari logam maupun bukan logam yang berbentuk bundar yang disebut dengan nama disc, dan pulli ini diberi alur sebagai laluan tali. Pulli ada 2 macam:
a. Pulli tetap
b. Pulli tidak tetap

a. Pulli tetap
Pulli tetap terdiri dari sebuah cakra dan seutas tali atau rantai yang dilingkarkan pada alur di bagian atasnya yang salah satu ujungnya digantungi dengan beban (Q) sedang ujung yang lain ditahan atau ditarik ke bawah sehingga dengan demikian beban terangkat ke atas.
 b. Pulli tidak tetap
Pulli bergerak mempunyai cakra yang bebas dan porosnya yang bebas pula. Tali atau rantai dilingkarkan dalam alur pada bagian bawah. Salah satu ujung tali diikatkan tetap dan ujung lainnya ditahan atau ditarik pada waktu pengangkatan, beban digantungkan pada kait yang tergantung pada poros.



Drum
Drum dalam hal ini berfungsi sebagai tempat gulungan tali ataupun rantai. Bedanya hanya pada sarang rantai untuk drum dan alur tali untuk drum tali.
Drum rantai digunakan untuk keperluan operasional dari crane-crane putar yang digerakkan dengan tangan dengan kapasitas angkat 5 ton dan bahan drum terbuat dari besi tuang. Sedangkan untuk tali terbuat dari bahan yang licin untuk menggulung tali dalam beberapa gulungan.
Drum pada operasi pengangkatan di pergunakan untuk penggulung rantai atau puli. Dalam rancangan ini drum yang digunakan adalah drum tali. Drum tali baja ini dibuat dari yang licin dengan flens yang tinggi untuk memungkinkan menggulung tali dalam beberapa gulungan. Drum untuk baja ini terbuat dari bahan besi tuang, jarang dari baja tuang. Kalau penggerak dengan mesin maka drum dilengkapi dengan alur spiral, maka oleh sebab itu gulungan tali akan merata dan dapat mengurangi gesekan.

Metode Pengikatan Tali
Metode berikut digunakan untuk mengikat tali baja ke rangka Derek, lengan crane putar dan bagian lain mekanisme pengangkat. Soket tali kawat tirus. Tali diikat dengan soket tirus dengan urutan operasi berikut.

1. Ujung kawat tali pertama-tama dililit dengan baik dengan menggunakan kawat
    lunak pada titik a dan b yang tergantung pada panjang soket bajanya. Lilitan      pada bagian bawah b harus lebih lebar dari a.
  1. Lilitan pada ujung atas a kemudian dilepas dan untaian tali dibuka.
  2. Kawat kemudian diurai dari untaian dan inti raminya dipotong.
  3. Kawat kemudian dililitkan pada dua titik dengan ikatan sementara a’ dan a”.
  4. Ujung Tali dimasukkan ke soket, kawat dilengkukkan menjadi lengkungan dan Timah cair kemudian dituangkan ke dalam soket tersebut.
Tali dilewatkan mengitari baja-baja beralur dan diikat bersama dengan baji ke dalam soket rata yang sesuai yang terbuat dari baja tuang. Bahan akan menarik tali ke dalam soket dan akan menambah daya ikatnya.

Mata pengikat
Tali dililitkan mengelilingi mata pengikat (gambar 2.15b) dan ujung bebasnya dililitkan dengan bagian utama tali. Panjang lilitan 1 > 15d dan minimum sepanjang 300 mm. Mode pengikatan seperti ini banyak sekali digunakan. Di samping dililitkan, mata pengikat dapat dikencangkan dengan memakai klip khusus bulldog (bull-dog-clip)atau pengapit pada tali kawat. Jumlah pengapit minimum adalah tiga, buah, menunjukkan tali kawat yang diikat pada mata pengikat dengan plat dan baut.
Pengikat Tali Pada Drum
Suatu lubang disediakan pada drum coran untuk tempat ujung dari tali. Pada lubang bukaan ini dimasukkan pelat b dengan sebuah semat yang beralur berbentuk setengah lingkaran pada sisi dalam yang dibentuk sedemikian rupa sehingga sesuai dengan bentuk penampang tali: a. pelat dijepit dengan dua buah skrup c. Cara pengikatan ini dapat disetel, sehingga tali dapat diganti dengan cepat. Bila dua utas tali sekaligus digulung pada drum, proses pengikatan dilakukan dengan dua kali untuk menjaga keamanan. Pengencangan dengan pasak baja b, tali a dilingkarkan pada pasak baja b dan dimasukkan kedalam lubang bukaan pada drum. Lubang ini harus ditiruskan dari kedua sisi ke bagian tengahnya, sehingga baja tersebut dapat diselipkan dari kedua arah.
Metode pengikatan ini paling banyak digunakan dan sangat mudah serta dapat diandalkan. Pelat baja disediakan pada sisi dalam drum dan mempunyai dua alur untuk tempat ujung tali dan ditengahnya terdapat lubang untuk baut atau pasak benam

Tata Letak Lift (UK) atau Elevator (US)

Secara umum (tidak mengikat) syarat dalam mendesain sistem transportasi lift adalah sebagai berikut:
  1. Minimal tersedia 1 buah lift untuk bangunan melebihi 3 tingkat.
  2. Minimal tersedia 1 buah lift untuk bangunan melebihi 1 tingkat jika ada pengguna manula dan atau difabel.
  3. Jarak jalan ke area lift maksimal 45 meter.
  4. Lobby lift cukup luas dan berdekatan dengan tangga.
  5. Sebuah lift hanya melayani maksimal 15 lantai agar waktu tunggu tidak terlalu lama. Tersedia express lift untuk bangunan melebihi 15 lantai (sistem zona lift). Express lift mem-bypass lantai-lantai bawah dan langsung berhenti di lantai 16, 17, 18, dst.
  6. Tersedia skylobby untuk setiap kelipatan 20-25 lantai. Skylobby adalah lantai lobby di mana orang turun dari lift express dan berpindah ke lift-lift lokal yang berhenti pada tiap lantai di atasnya. Dengan demikian kebutuhan ruang core/shaft lift bisa tetap.
Jika ada dua deret lift berhadap-hadapan maka lebar lobby dibuat sekitar 3,5 – 4,5 meter atau dua kali panjang lift. Satu deret lobby sebaiknya tidak lebih dari 3 buah lift agar calon penumpangnya bisa dengan mudah melihat lift yang terbuka atau tersedia.


Sistem transportasi pada Gedung WTC

Sistematik Cara Kerja Rangkaian
Car-lift akan bergerak naik atau turun apabila tombol Car-Call yaitu tombol yang terdapat pada panel di dalam car ditekan, atau Hall-Call yaitu tombol panggil car-lift yang terdapat di setiap lantai ditekan. PLC akan mengeksekusi perintah pemanggilan car-lift setelah mendapatkan sinyal dari tombol tersebut. Eksekusi ini berupa pergerakan motor utama untuk menarik car-lift naik-atau turun ( motor utama akan berputar dengan arah putar searah jarum jam atau sebaliknya ) dengan memperhatikan prioritas penyelesaian sekuensialnya. Di mana contohnya ketika lift sedang bergerak naik ke lantai 3 setelah melewati lantai 2, car-lift tidak akan bergerak turun, namun akan menuju lantai 3 untuk menyelesaikan sekuensialnya dan kemudian baru akan kembali ke lantai 2.
Dengan adanya dua sisi muka pintu, maka aktifnya pintu mana yang akan membuka ditentukan oleh di sisi mana tombol ditekan di tiap lantai. Adapun kekhususan dari program PLC untuk aplikasi elevator ini adalah:
a. Adanya lampu indicator kondisi Car-Lift saat bergerak ada di posisi lantai berapa
b. Adanya sensor Infra Red untuk mendeteksi adanya objek yang menghalangi untuk          pintu menutup dengan menggunakan laser.
c. Adanya sensor berat untuk mendeteksi kelebihan beban yang diangkut, sehingga
jika sensor ini aktif, maka elevator tidak akan bisa beroperasi sebelum beban
dikurangi, sensor berat menggunakan 2 buah limit switch.
d. Adanya limit switch pintu membuka minimal dan maksimal pada berfungsi untuk
mendeteksi pintu dalam keadaan tertutup atau terbuka.
e. Adanya tombol Emergency Stop untuk kondisi bahaya dan mematikan system
secara keseluruhan.
f. Adanya Car Gong yang berfungsi sebagai indicator kepada penumpang bahwa lift sudah sampai di lantai yang dituju.
g. Adanya Lampu Car yang berfungsi sebagi penerangan di dalam lift.

Cara Kerja Elevator/Lift
Pada sistem geared atau gearless (yang masing-masing digunakan pada instalasi gedung dengan ketinggian menengah dan tinggi), kereta elevator tergantung di ruang luncur oleh beberapa steel hoist ropes, biasanya dua puli katrol, dan sebuah bobot pengimbang (counterweight). Bobot kereta dan counterweight menghasilkan traksi yang memadai antara puli katrol dan hoist ropes sehingga puli katrol dapat menggegam hoist ropes dan bergerak serta menahan kereta tanpa selip berlebihan. Kereta dan counterweight bergerak sepanjang rel yang vertikal agar mereka tidak berayun-ayun.

Mesin Lift “Gearless”
Mesin untuk menggerakkan elevator terletak di ruang mesin yang biasanya tepat di atas ruang luncur kereta. Untuk memasok listrik ke kereta dan menerima sinyal listrik dari kereta ini, dipergunakan sebuah kabel listrik multi-wire untuk menghubungkan ruang mesin dengan kereta. Ujung kabel yang terikat pada kereta turut bergerak dengan kereta sehingga disebut sebagai “kabel bergerak (traveling cable)”.
Jalur Lift (Hoistway) dan ruang mesin di atasnya
Mesin geared memiliki motor dengan kecepatan lebih tinggi dan drive sheave dihubungkan dengan poros motor melalui gigi-gigi di kotak gigi, yang dapat mengurangi kecepatan rotasi poros motor menjadi kecepatan drive-sheave rendah. Mesin gearless memiliki motor kecepatan rendah dan puli katrol penggerak dihubungkan langsung ke poros motor.
Sistem pergerakan Elevator/Lift dengan Gearless
Pada sistem hidrolik (terutama digunakan pada instalasi di gedung rendah, dengan kecepatan kereta menengah), kereta dihubungkan ke bagian atas dari piston panjang yang bergerak naik dan turun di dalam sebuah silinder. Kereta bergerak naik saat oli dipompa ke dalam silinder dari tangki oli, sehingga mendorong piston naik. Kereta turun saat oli kembali ke tangki oli.
Aksi pengangkatan dapat bersifat langsung (piston terhubungkan ke kereta) atau roped (piston terikat ke kereta melalui rope). Pada kedua cara tersebut, pekerjaan pengangkatan yang dilakukan oleh pompa motor (energi kinetik) untuk mengangkat kereta ke elevasi yang lebih tinggi sehingga membuat kereta mampu melakukan pekerjaan (energi potensial). Transfer energi ini terjadi setiap kali kereta diangkat. Ketika kereta diturunkan, energi potensial digunakan habis dan siklus energi menjadi lengkap sudah. Gerakan naik dan turun kereta elevator dikendalikan oleh katup hidrolik.



Gambaran umum desain tangga.
Lift 6.jpgEfisiensi bangunan sangat tergantung pada luas lantai yang dipakai oleh inti gedung dimana tabung lift ada di dalamnya. Besarnya rongga yang dipakai oleh tabung lift tergantung dari tinggi lift. Secara empiris luas inti gedung adalah 5 s/d 10 X luas tabung lift.









P/W = Toilet                                       Sumber : Materi kuliah Utilitas II (adi putra)                                                             S = Shaft Sampah                                                                                                              P = Tabung Pipa                                                                                                      U = Tabung Udara Tekan                                                                                           V = Tabung Ventilasi                                                                                                              E = Tabung Instalasi Listrik                                                                                              L = Tabung Lift                                                                                                           F = Tabung Pipa Kebakaran                                                                                                   T = Tabung Telepon

Standarisasi perhitungan beban elevator ( lift )
Instalasi lift yang ideal ialah yang menghasilkan waktu menunggu disetiap lantai yang minimal, percepatan yang komfortavel, angkutan vertical yang cepat, pemuatan dan penurunan yang cepat di setiap lantai. Kriteria kualitas pelayanan lift adalah:
  1. Waktu menunggu lift (interval and waiting time)
  2. Daya angkut (handling capacity)
  3. Waktur perjalanan bolak-balik lift (round trip time)
  4. Jumlah Lift

1. Waktu menunggu (interval, waiting time)
Kesabaran orang untuk menunggu lift tergantung kota dan Negara dimana gedung itu ada. Orang-orang di kota besat lazimnya kurang sabar dibanding dengan orang-orang di kota kecil.
Untuk proyek-proyek komersil perkantoran diperhitungkan waktu menunggu sekitar 30 detik.
Waktu menunggu = waktu perjalanan bolak-balik dibagi jumlah lift.
Jika jumlah lift total dihitung atas dasar daya angkut pada beban puncak saat-saat sibuk, maka untuk proyek-proyek perkantoran yang beberapa lantainya disewa oleh satu penyewa, jumlah lift totalnya harus di tambah dengan 20-40 %, sebab sebagian lift di dalam zone yang disewa satu penyewa tersebut dipakai untuk lalu lintas antar lantai, sehingga waktu menunggu di lantai dasar dapat memanjang menjadi 90 detik atau lebih. Waktu menunggu juga sangat variable tergantung jenis gedung. Contoh-contoh sebagai berikut:
a. Perkantoran........25-45 detik
b. Flat .................50-120 detik
c. Hotel ...............40-70 detik
d. Asrama..............60-80 detik
Waktu menunggu minimum adalah sama dengan waktu pengosongan lift ialah kapasitas lift x 1,5 detik per pengunjung.
Lift-4.jpgLift-4.jpg










Lift-4.jpg













2. Daya angkut lift (handing capacity)
- Daya muat atau kapasitas , tergantung pabrikan.
– Lazimnya : 5 s.d 20 orang
– Untuk kebutuhan khusus : 50 orang (double deck)

Penentuan kapasitas Lift harus direncanakan dengan mempertimbangkan kondisi waktu puncak dimana terjadi konsentrasi penumpang tertinggi.
Disarankan,
a. Untuk gedung kecil ~ menengah, kapasitas passanger ≥ 15 penumpang load kapacity of 1000 kg)
b. Untuk gedung tinggi/hotel, kapasitas passanger passanger ≥ 24 penumpang (load kapacity of 1600 kg)
c. Pintu lift sebaiknya didesain terbuka dari tengah dan ukuran lebar ruang masuk disarankan selebar mungkin dengan tetap mempertimbangkan ukuran dimensi kedalaman ruang elevator
Lift-5.jpgStandarisasi daya angkut dan kebutuhan lift :
w = lebar tabung lift W = lebar rumah lift
d = kedalaman tabung lift
D = kedalaman rumah lift
A = lebar pijakan lift




Lift-5.jpg











3. Waktu perjalanan bolak-balik lift (round trip time)
Waktu ini hanya dapat dihitung secara pendekatan sebab perjalanan lift antar lantai pasti tidak akan mencapai kecepatan yang menjadi kemampuan lift itu sendiri dan pada perjalanan lift non stop, kecepatan kemampuanya baru tercapai setelah lift bergerak beberapa lantai dulu, misalnya lift dengan kemampuan bergerak 6m/detik baru dapat mencapai kecepatan tersebut setelah bergerak 10 lantai. Dalam praktek, perhitungan elevator dilakukan oleh supplier lift yang menghitung kebutuhan lift berdasarkan data-data dari pabrik pembuatnya.
Secara pendekatan, yaitu perjalanan bolak balik lift terdiri dari:
a. Penumpang memasuki lift lantai dasar yang memerlukan waktu 1,5 detik per orang dan untuk lift dengan kapasitas m orang perlu waktu …..… 1,5 detik
b. Pintu lift menutup kembali…………………………………………… 2 detik
c. Pintu lift membuka di setiap lantai tingkat ……………………. (n-1) 2 detik
d. Penumpang meninggalkan lift di setiap lantai dalam 1 zone sebanyak
(n-1) lantai : (n-1) x m/n-1 x 1.5 detik……………………………….. 1,5 detik
e. Pintu lift menutup kembali di setiap lantai tingkat ………………(.n-2) 2 detik
f. Perjalanan bolak-balik dalam 1 zone ………………………………. detik
g. Pintu membuka di lantai dasar ………………………………………. 2 detik.
Jumlah detik
Dimana
T = waktu perjalanan bolak-balik lift (round trip time)
H = tinggi lantai sampai dengan lantai.
S = Kecepatan rata-rata lantai
N = Jumlah lantai dalam 1 zone
M = Kapasitas lantai

Hubungan antara kecepatan elevator dan jumlah lantai adalah seperti disamping.
4. Perhitungan Kebutuhan Lift
1. Waktu Bolak- balik ( T )
T = ( 2h+ 4S ) + ( n -1) + S ( 3m +4 )...... ( Detik )
                                                S

2. Jumlah Lift ( N )
N =        2 anTP                       ...... ( Buah )
3m (200 a” + nTP )

3. waktu menunggu ( W )
W = T       ……. ( Detik )
       N

4.Kapasitas daya angkut ( M )
M =  300.m.N  ………….( Orang )
                T

Elevator dengan system penzoningan
Beban puncak diperhitungkan berdasarkan presentasi empiris terhadap jumlah penghuni gedung, yang diperhitungkan harus terangkat oleh lift-lift dalam 5 menit pertama jam-jam padat (rush-hour).
Untuk Indonesia persentasi tersebut adalah:
a. Perkantoran ………………… 4% x jumlah penghuni gedung
b. Flat ……………………………3% x jumlah penghuni gedung
c. Hotel ………………………… 5% x jumlah penghuni gedung
Data-data untuk penaksiran jumlah penghuni gedung:
a. Perkantoran ……………….. 4 m2 / orang
b. Flat …………………………3 m2 / orang
c. Hotel ……………………… 4 m2 / orang



Efisiensi Bangunan (building efficiensi)
Effisiiensi lantai adalah presentasi luas lantai yang dapat dihuni atau disewakan terhadap luas lantai kotor Untuk proyek perkantoran adalah:
10 lantai ………………………………………       85%
20 lantai: 1-10 lantai ..........……………………      80%
11-20 lantai ........………………………………..    85%
30 lantai: 1-10 lantai ..........………………………  75%
11-20 lantai ..........………………………………..   75%
21-30 lantai ..........………………………………..   85%
40 lantai: 1-10 lantai ..........………………………   75%
11-20 lantai ..........………………………………..    80%
21-30 lantai ..........………………………………..    85%
31-40 lantai ..........………………………………..   90%
Data-data ini hanyalah untuk keperluan perhitungan lift saja.
Effisiensi bangunan sangat tergantung luas lantai yang dipakai oleh inti gedung dimana tabung lift ada di dalamnya.besarnya rongga yang dipakai oleh tabung lift tergantung tinggi gedung. Secara empiris luas inti gedung adalah sekitar 5-10 x luas tabung lift. Proyek perkantoran memerlukan luas inti yang besar daripada proyek flat.

System zone banyak (multi zone system)
Untuk meningkatkan efisiensi bangunan, orang berusaha memperkecil volume gedung yang dipergunakan untuk sirkulasi vertical, terutama dalam bangunan tinggi (lebih dari 20 lantai) Juga untuk memperpendek waktu perjalanan bolak-balik lift yang memperpendek waktu menunggu lift terutama di lantai dasar. Untuk tujuan orang melakukan zoning lift artinya pembagian kerja kelompok lift, misalnya 4 lift melayani lantai 1-15, 4 lift melayani lantai 16- 30, jadi tidak berhenti di lantai 1-15.
Karena ada kelompok 4 lift yang tidak berhenti di lantai 1-15 maka dalam tabung-tabungnya tidak diadakan lubang pintu ke luar; ini merupakan penghematan biaya sirkulasi vertical. Dalam hal zoning lift maka perhitung jumlah lift diadakan untuk setiap zone, yang mempunyai waktu perjalanan bolak-balik lift masing-masing.
Sistem zona banyak dengan ” sky Lobby ”
Untuk bangunan yang sangat tinggi dengan jumlah puluhan lantai mendekati 100 lantai atau lebih perlu diadakan penghematan volume inti dengan mengadakan zoning pelayanan elevator ditambah lobby-lobby antara (skylobby) yang dapat dicapai dari lantai dasar dengan lift-lift ekspres yang langsung menuju skylobby skylobby tersebut. Skylobby berfungsi untuk:
1. Lantai perpindahan untuk menuju lift-lift lokal dalam zone di atasnya.
2. Tempat berkumpul sementara (mengungsi) pada waktu keadaan darurat (kebakaran, gempa bumi) sambil menunggu pertolongan.
3. Karena lift-lift lokal yang melayani zone-zone, maka diperlukan ruang mesin lift
langsung di atasnya.

Kebutuhan ruang mesin lift
Kebutuhan ruang mesin lift disatukan pula dengan kebutuhan ruang mesin AC, ruang mesin-mesin pompa air, reservoir antara untuk persediaan air bersih dan lain-lain. Ruang mesin tersebut berupa beton tulang yang padat dan kokoh yang berfungsi pula sebagai penghadang menjalarnya kebakaran ke atas. Sedangkan skylobby-skylobby tersebut terletak di atas ruang-ruang mesin yang kokoh tersebut. Adanya ruang-ruang mesin antara tersebut juga sangat menghemat energi listrik untuk pemompaan air bersih, penghawaan mekanis dan AC dan penghematan rongga-rongga untuk tabung-tabung instalasi listrik, AC maupun pemipaan. Secara struktural, ruang mesin yang kokoh tersebut, pasti dapat menambah ketahanan gedung terhadap gaya-gaya horizontal akibat gempa ataupun angin.

Daya Listrik Untuk Lift
Daya listrik yang diperlukan untuk satu kelompok lift sangat tergantung kapasitas, kecepatan dan jumlah lift. Suatu lift dengan kapasitas m dan kecepatan s m/detik memerlukan daya :
[E= HP] = 0,75 ms kw.
Sedangkan factor kebutuhan daya untuk suatu kelompok lift adalah :
Jumlah lift
2 3 4 5 6 7 10 15 20 25
Factor daya
0.85 0.77 0.72 0.67 0.63 0.59 0.52 0.44 0.40 0.35
Contoh :
Lift dengan kapasitas 3500 lb = 1587.6 kg dan kecepatan 3 m/detik memerlukan daya listrik
HP = 48 HP Untuk 5 lift = 0.67 x 5 x 48 HP = 160 HP
Catatan :
1 orang diperhitungkan 75 kg
Penggunaan daya listrik oleh lift (10 jam/hari):
Kwh = 0.20 x 160 HP x x 10 jam = 240 kwh

Beban Panas Ruang Mesin Lift
Beban panas ruang mesin lift maksimum diperhitungkan 1/3 x jumlahHP dimana satu HP = 2500 Btu ( 1 Btu = 0.25 kalori )
Temperature ruang mesin lift harus dipertahankan antara 60-900 F.
Suatu lift dengan kapasitas 2000 lb dan kecepatan 2.5 m/detik memerlukan daya listrik :
HP = 23 HP
( 1 pound = 0.4536 kg : 1 HP = 75 m/detik
: 1 HP = 0.746 KVA )
Beban panas = 1/3 x 23 x 2500 Btu = 19.167 Btu

b. Lift Barang
Setiap gedung bertingkat banyak baik dalam bentuk perkantoran, flat, atau penggunaan campuran dengan gedung komersiil pasti memerlukan sarana sirkulasi vertical untuk barang di samping untuk orang. Kriteria untuk lift barang yang penting ialah ukuran dan berat barang yang harus diangkut. Dalam gedung- gedung dengan penggunaan campuran (mixed use) seringkali lift barang juga harus dapat melayani angkutan orang terutama pada jam-jam sibuk. Perkiraan yang dapat digunakan dalam perencanca ialah untuk setiap 5 lift diperlukan 1 lift barang. Kapasitas lift barang berkisar antara 1-5 ton dengan ukuran dalam antara 1.60 x 2.10 m sampai 3.10 x 4.20 m dan kecepatan bergerak 1.5 – 2 m/detik maximum atau rata-rata 0.25 –1 m/detik.

c. Lift service
Lift ini juga merupakan lift penumpang, namun fungsinya dikhususkan bagi karyawan gedung tersebut atau untuk membawa barang barang yang kecil. Lift ini banyak kita temui di gedung perkantoran.

 d. Lift rumah sakit
Lift ini digunakan di rumah sakit untuk membawa tempat tidur pasien, oleh karena itu ukurannya disesuaikan dengan ukuran tempat tidur standar rumah sakit.

e. Observation Elevator
Lift jenis ini fungsinya sama seperti lift penumpang, hanya saja bedanya sebagian besar dinding atau pintu lift ini terbuat dari kaca. Sehingga memungkinkan penumpangnya dapat melihat ke arah luar. Lift jenis ini banyak kita jumpai di mall, hotel, atau gedung-gedung yang tidak terlalu tinggi yang memiliki pemandangan indah.










2. Eskalator 

Riwayat Eskalator
Pada tahun 1899, Charles D. Seeberger bergabung dengan Perusahaan Otis Elevator Co,yang mana dari dia timbullah nama eskalator (yang diciptakan dengan menggabungkan kata scala, yang dalam bahasa Latin berarti langkah-langkah (step), dengan elevator).
Bergabungnya Seeberger dan Otis telah menghasilkan eskalator pertama step type escalator ,untuk umum, dan eskalator itu dipasang di Paris Exibition 1900 dan memenangkan hadiah pertama. Mr. Seeberger pada akhirnya menjual hak patennya ke Otis pada tahun 1910. Eskalator lurus dan melengkung dalam perkembangannya, perusahaan Mitsubishi Electric Corporation telah berhasil mengembangkan eskalator spiral (kenyataannya lebih cenderung melengkung/curve daripada melingkar/spiral) dan secara eksklusif dijual sejak pertengahan tahun 1980. Eskalator ini dipasang di Osaka, Jepang pada tahun 1985.

Definisi Eskalator
Eskalator adalah tangga berjalan yang terdiri dari pijakan-pijakanyang pasang pada sabuk yang beputar secara terus menerus. Eskalator atau tangga jalan adalah salah satu transportasi vertikal berupa konveyor untuk mengangkut orang, yang terdiri dari tangga terpisah yang dapat bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti jalur yang berupa rail atau rantai yang digerakkan oleh motor.
Karena digerakkan oleh motor listrik , tangga berjalan ini dirancang untuk mengangkut orang dari bawah ke atas atau sebaliknya. Untuk jarak yang pendek eskalator digunakan di seluruh dunia untuk mengangkut pejalan kaki yang mana menggunakan elevator tidak praktis. Pemakaiannya terutama di daerah pusat perbelanjaan, bandara, sistem transit, pusat konvensi, hotel dan fasilitas umum lainnya.
Keuntungan dari eskalator cukup banyak seperti mempunyai kapasitas memindahkan sejumlah orang dalam jumlah besar dan tidak ada interval waktu tunggu terutama di jam-jam sibuk dan mengarahkan orang ke tempat tertentu seperti ke pintu keluar, pertemuan khusus, dll.

CARA KERJA ESKALATOR
Pendaratan/Landing
Floor plate rata dengan lantai akhir dan diberi engsel atau dapat dilepaskan untuk jalan ke ruang mesin yang berada di bawah floor plates. Comb plate adalah bagian antara floor plate yang statis dan anak tangga bergerak. Comb plate ini sedikit miring ke bawah agar geriginya tepat berada di antara celah-celah anak tangga-anak tangga. Tepi muka gerigi comb plate berada dibawah permukaan cleat.

Landasan penopang/Truss
Landasan penopang adalah struktur mekanis yang menjembatani ruang antara pendaratan bawah dan atas. Landasan penopang pada dasarnya adalah kotak berongga yang terbuat dari bagian-bagian bersisi dua yang digabungkan bersama dengan menggunakan sambungan bersilang sepanjang bagian dasar dan tepat dibawah bagian ujungnya. Ujung-ujung truss tersandar pada penopang beton atau baja.

Struktur perletakan Eskalator pada lantai gedung
Lintasan
Sistem lintasan dibangun di dalam landasan penopang untuk mengantarkan rantai anak tangga, yang menarik anak tangga melalui loop tidak berujung. Terdapat dua lintasan: satu untuk bagian muka anak tangga (yang disebut lintasan roda anak tangga) dan satu untuk roda trailer anak tangga (disebut sebagai lintasan roda trailer). Perbedaan posisi dari lintasan-lintasan ini menyebabkan anak tangga-anak tangga muncul dari bawah comb plate untuk membentuk tangga dan menghilang kembali ke dalam landasan penopang.



Sistem pergerakan Eskalator


Anak tangga (individual steps) dari Eskalator
Aplikasi Motor Induksi Pada Eskalator/Travelator

Sebuah eskalator mempunyai lebih dari sepuluh komponen utama seperti truss, motor penggerak, sistem transmisi, tangga, track system, balustrade, decking, peralatan pengaman dan sistem kelistrikan seperti yang terlihat pada gambar (1). Berikut ini hanya akan dijelaskan tentang motor penggerak pada eskalator tersebut serta sistem start dari motor penggerak pada sebuah eskalator. Untuk letak dari motor listrik tersebut dapat dilihat dalam gambar (2) yaitu sistem transmisi dari eskalator.
Gambar (2): Sistem transmisi pada Eskalator
Prinsip Kerja Eskalator secara sederhana dapat dijelaskan dengan menggunakan gambar (2) diatas:
Tangga (step) dan handrail digerakkan oleh sebuah motor listrik seperti yang terlihat pada sistem transmisi eskalator dalam gambar (2). Mekanisme berputarnya 2 menggunakan batang utama (shaft) 4 yang digerakkan oleh driving equipment 13 melalui rantai penggerak 1. Sproket penggerak handrail dan tangga menggunakan rantai yang terpasang secara terpisah. Ukuran dari tiap roda rantai dan jumlah giginya dirancang sesuai dengan keperluan pergerakan eskalator. Semua rantai mudah untuk dirakit dan dibongkar serta dijamin kuat.
Bentuk fisik motor induksi
Pada Eskalator, jenis motor yang digunakan adalah motor induksi 3 fasa sedangkan untuk rangkaiannya memenggunakan rangkaian pembalikan arah putaran (maju mundur starting Star – Delta). Pada gambar motor induksi di atas, motor tersebut berkekuatan sebesar 11 kW.





Travelator
Travelator adalah sistem transportasi vertikal didalam bangunan gedung untuk memindahkan orang / barang dari satu lantai ke satu lantai yang berikutnya.Escalator diprioritaskan untuk transportasi orang dengan barang bawaan yang dijinjing sedangkan  Travelator untuk transportasi orang dengan barang yang didalam trolley.
Pemilihan Travelator ditentukan oleh besarnya kapasitas yang diinginkan karena kecepatannya sudah tertentu, sedangkan faktor lainnya yang juga harus dipertimbangkan adalah hal sebgai berikut :
- Sudut kemiringan, lebih didasarkan pada keterbatasan perencanaan dan kenyamanan.
- Tinggi antar lantai, lebih didasarkan pada keputusan perencanaan.
- Sistem operasi, memungkinkan elevator bisa digerakan dengan arah keatas atau kebawah.
PERALATAN UTAMA & FUNGSI
1.      Rangka Konstruksi                                                                                             -Terbentuk dari batang-batang baja yang dicat tahan karat
2.      Exterior Panel                                                                                                                 -Bagian bawah dan samping rangka tersebut ditutup dengan lembaran metal atau non metal mengikuti design interior
3.      Mesin Penggerak                                                                                                 -Diletakkan di bagian atas berupa motor listrik 3Ø, transmission reducer dan rantai penggerak yang memutar tangga.
4. Anak tangga                                                                                                    -Terbuat dari die cast aluminium alloy yang dibentuk dengan alur-alur khusus.
5. Moving Handrails                                                                                           - Terbuat dari campuran karet khusu                                                                  6. Balustrade                                                                                                                - Terbuat dari transparant tempered glass                                                         7. Pengaman / Safety                                                                                              - Current overload, hand rail & Step chain safety Switch                                    - Emergency stop botton                                                                                 - Over / under speed control switch
Pengaman terhadap perbedaan kecepatan antara step & handrail yang melebihi 10% dari kecepatan nominal. Pengaman-pengaman lain sesuai standard pabrik.










BAB III
STUDI BANDING OBJEK STUDI MANDIRI
1. Tangga
            Studi banding pada Objek Studi Mandiri yang saya ambil adalah pada tangga manual yang terdapat pada hotel Aston yang terletak di Jalan Basuki Rahmat Palembang. Pada bangunan ini letak tangga manual yang ada pada bagian depan bangunan mempertegas bahwa desain tangga tidak harus selalu tertutup. Seperti terlihat pada objek pembanding. tangga justru di ekspos, tentunya dengan penyelesaian arsitektural malah akan berpengaruh pada tampak bangunan yang dapat memberikan nilai estetis tersendiri.








2. Lift                                                                                                                          Lift yang terdapat pada bangunan Palembang Trade Center ( PTC ) salah satu objek pembanding untuk lift yang menerapkan system transparansi pada tabung lift sehingga memungkinkan pengguna lift untuk dapat melihat kearah luar lift.

3. Eskalator
            Eskalator pada Palembang Square terlihat juga menjadi salah satu objek pembanding pada pembahasan Eskalator, bukan karena bentuknya yang standar namun pemakaian bahan penutup yang, sehingga mengekspos bagian dalam dari escalator itu sendiri yang secara otomatis mempunyai satu keuntungan bagi pengelola untuk lebih mudah dalam perawatan escalator itu sendiri.








 









4.      Travelator                                                                                                                  Pada gambar telihat fungsi utama pada Travelator yaitu memindahkan seseorang bersama barang yang di bawa dalam troly.

















KESIMPULAN
-          Pada perancangan bangunan, khususnya bangunan tinggi system utilitas membutuhkan perencanaan yang matang. Termasuk dalam merancang ruang –ruang untuk alat-alat transportasi pada bangunan, dan pengetahuan serta pemahaman yang mendalam juga dapat mempengaruhi karena alat-alat tersebut sebagai satu bagian penting utilitas bangunan juga dapat memberikan estetika tersendiri jika dapat diolah dengan penyelesaian secara arsitektural.
-          Tangga manual dengan penyelesaian arsitektural malah akan berpengaruh pada tampak bangunan yang dapat memberikan nilai estetis tersendiri.
-          Pemakaian bahan penutup yang transparan pada Eskalator, mengekspos bagian dalam dari eskalator itu sendiri yang secara otomatis mempunyai satu keuntungan bagi pengelola untuk lebih mudah dalam perawatan escalator itu sendiri.









           
DAFTAR PUSTAKA


1 komentar: